Sabtu, 01 Januari 2011

0

Severus Snape : Pure & Unrequited Love

Saya kena demam Harry Potter (lagi) setelah saya vakum dari kegilaan saya terhadap Harry Potter. Yap, sebenernya saya itu Pottermaniac, saya suka Harry Potter dari SD kelas 2. Dan benar benar menjadi freak pas SMP. Masuk SMA, kegilaan saya berkurang karena tugas yang buset-banyak-banget dari sekolah sampe remidi remidi akibat-terlalu-fokus-tugas-jadi-gak-sempat-belajar -____-

Enough about babbling my activities... *sigh

Harry Potter 7 part 1 sudah ditayangkan. Dan seperti ritual ritual saya sebelumya, saya baca bukunya sebelum nonton biar feelnya dapet (kecuali Harry Potter 5! Bukunya buset tebel banget dah! Gak sanggup baca!) Dan saya pun mengulangi membaca Harry Potter 7. Disini yang bisa bikin saya nangis ada dua bagian : Harry mati ditangisi seluruh penghuni Hogwarts, dan kisah masa lalu Snape.

Biar gak menyimpang dari judulnya, saya bahas yang masa lalu Snape. Di sini diceritakan, Snape dan Lily Evans—ibu Harry—ternyata adalah teman. Mereka berteman sampai pada suatu kejadian, Snape mengatainya darah lumpur (istilah penyihir kelahiran muggle. Yap, ibu Harry seorang muggle). Dan sejak saat itu persahabatan mereka hancur.

Waktu awal awal Snape bertemu Lily, ada kesan tidak meyenangkan terhadap Snape (sudut pandang Lily). Tetapi yang membuat saya tersenyum, ketika Snape salah tingkah ketika bersama Lily suatu hari
Lily: "Severus?"
Snape: "Yeah?" (tersenyum kecil sambil menyobek daun)
Lily: "Ceritakan padaku tentang dementor lagi.."
Snape: "Mereka hanya ada di Azkaban.."
Lily: "Tetapi kita juga menyihir di luar sekolah.."
Snape: "Mereka tidak akan keluar dari situ. Mereka hanya menangkap orang yang jahat. Kau terlalu... "(berhenti. pipinya merona. menyobek daun lebih banyak lagi)
Hahaha.. Snape salah tingkah xD

Dan yang membuat saya tersentuh, sampai matipun Snape tetap mencintai Lily. Pada suatu ketika Snape meminta Dumbledore untuk melindungi keluarga Lily. Snape rela memberi apa saja ---> Snape (kepada Dumbledore): "Im, imbalannya? Apa saja."

Ketika Lily meninggal, Snape kayak bukan Snape yang biasa. Snape menangis. Yap, seorang Pelahap Maut MENANGIS. Kira kira kutipannya seperti ini
Snape: "Kupikir.. kau akan... menjaganya.. agar selamat..."
Dumbledore: "Anaknya selamat. Ananknya hidup. Dia memiliki mata ibunya, persis mata ibuny. Kau ingat bentuk dan warna mata Lily Evans, aku yakin?"
Snape: "JANGAN! Pergi... mati..."
Dumbledore: "Apakah ini penyesalan yang dalam Severus?"
Snape: "Kenapa, bukan.. aku saja yang mati!"
Dumnledore: "Dan apa gunanya itu bagi siapa saja? Kalau kau mencintai Lily Evans, kalau kau betul-betul mencintainya, maka jalanmu ke depan jelas. Pangeran Kegelapan akan kembali, dan Harry Potter akan dalam bahaya besar kalau dia kembali.
Snape: "Baiklah. Baiklah. Tapi jangan pernah—jangan pernah bilang siapa pun, Dumbledore! Ini hanya antara kita berdua. Bersumpahlah! Aku tak tahan... apalagi anak Potter... aku menginginkan janjimu!"
Dumbledore: "Janjiku, Severus, bahwa aku tak akan pernah membuka sisi terbaikmu?"
Sejak saat itu, dia berbalik mengabdi kepada Dumbledore, meskipun semua orang memandang Snape sebagai pengkhianat.

Yang bikin saya tambah nangis, ketika Snape menunjukkan patronus miliknya kepada Dumbledore. Patronusnya rusa betina, seperti milik Lily. Uh.. nangis lagi kaan :') Dan Snape bercerita kepada Dumbledore bahwa selama ini dia menganggap Harry seperti anaknya sendiri (eh tapi kan dia gak punya anak :p )


*Note : kira kira kutipan dialog antara Lily, Snape dan Dumbledore kayak gitu lah. Emangnya saya apal dialog sebanyak itu? :p